Anak Kecil Pacaran Lantaran Cari Figur

24/04/2011
By Dave
Share
Tweet
  • Ilustrasi

    Swarapendidikan.com Tabanan Psikiater dari Universitas Udayana (Unud) Bali, Prof Dr dr Luh Ketut Suryani SpKJ, mengemukakan bahwa munculnya fakta anak kecil sudah berpacaran lantaran mereka ingin mencari figur orang tua yang tidak ditemukan di rumahnya.

    “Anak-anak itu ingin mencari teman berbicara, bertukar pikiran dan mencari figur ayah dan ibunya yang tidak ia temukan di rumah,” katanya pada dialog perempuan lintas generasi dan iman untuk memperingati Hari Kartini, di Gedung Mario, Tabanan, Kamis.

    Ia mengemukakan bahwa dari penelitian di “Suryani Institue for Mental Health” yang dipimpinnya ditemukan fakta anak kelas III sekolah dasar telah berpacaran dan melakukan hubungan seks. Hal itu dilakukan karena berawal dari kurangnya komunikasi antara anak dengan orang tua.

    Menurut dia, saat ini banyak orang tua yang tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan buah hatinya. Oleh karena itu, menurut dia, kemudian ada jarak antara orang tua dengan anak-anaknya. Kondisi ini jika dibiarkan berlarut-larut akan berbahaya bagi kelangsungan generasi penerus bangsa.

    “Ketika ia dewasa, kebiasaan ini akan berkembang menimbulkan perselingkuhan. Keinginan untuk mencari figur pengayom itu terus tertanam dalam memori anak tersebut. Ayah dan ibu boleh bekerja keduanya, tetapi hendaknya pintar-pintar membagi diri,” ucapnya.

    Fenomena anak-anak yang lebih suka memanfaatkan layanan pesan singkat (short message services/SMS) di telepon seluler (ponsel) dan chating di Internet, menurut Suryani, juga disebabkan hal yang sama. Orang tua dipandang tak cukup menampung keluh kesah si anak. Kebiasaan ini, akibatnya lama-lama menimbulkan gangguan komunikasi verbal pada anak.

    “Sekarang bukan saatnya untuk saling menyalahkan, tetapi mari mencari solusi dan itu semua tergantung pada perempuan sebagai ibu dalam keluarga,” ujarnya.

    Sementara itu, Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti, yang juga hadir dalam dialog itu mengingatkan kaum perempuan di Bali yang banyak mengejar kesuksesan agar tidak sampai menelantarkan keluarga.

    “Tak akan ada artinya kesuksesan perempuan, jika keluarganya ditelantarkan,” ucapnya.

    Menurut dia, dari keluarga yang baik dan harmonis akan tercipta sumber daya manusia yang berprestasi dan siap menghadapi segala tantangan zaman demi suksesnya pembangunan. Dalam menciptakan keluarga yang baik, tak terlepas dari peranan perempuan dalam keluarga.

    “Perempuan boleh menggantungkan cita-cita setinggi langit tetapi jangan sampai lupa kodratnya dalam keluarga,” kata bupati perempuan pertama di Bali ini.

    Untuk itu bupati mengajak para wanita di Pulau Dewata agar dapat memanaj waktu dengan baik antara keluarga dan pekerjaan. Perempuan diharapkan memiliki sikap percaya diri karena perempuan mempunyai kesempatan berkiprah dalam pembangunan.

    Sumber: antaranews.com

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    *

    ARSIP BERITA

    Selamat Bekunjung, Semoga Bermanfaat

    Blog ini adalah blog non profit dan dipersembahkan untuk para peminat dan praktisi dunia pendidikan untuk mengurai benang kusut pendidikan di daerah-daerah terpencil. Ini hanya sekelumit informasi mengenai pendidikan di daerah-daerah terpencil di Indonesia baik Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan pulau-pulau kecil di wilayah Indonesia. Untuk memperdalam dan menambah informasi mengenai dunia pendidikan, kami mengambil berbagai informasi baik opini, berita, maupun artikel yang berhubungan dengan dunia pendidikan di daerah terpencil.

    Terimakasih telah berkunjung ke SwaraPendidikan