Rosa de Verstegen, Jual Rumah untuk Bangun Sekolah

19/10/2011
By
Share

Rosa Mian de Verstegen, pendiri Rumah Agape, yang memfokuskan diri pada pendidikan keaksaraan untuk menekan angka buta aksara di Papua. (Foto: Indra Akuntono, Kompas.com)

 

Swarapendidikan.com Jayapura- Warna rambut dan kulit wajahnya menandakan wanita kelahiran Meksiko ini memang sudah tak muda lagi. Tetapi, jangan tanya semangatnya. Usia yang terus bertambah tak memudarkan semangatnya untuk mencerdaskan warga Papua. Ia konsisten mengabdikan diri di sebuah Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) bernama Rumah Agape yang ia dirikan.

Dialah Rosa Mian de Verstegen, atau akrab disapa Bunda Rosa. Wanita berusia lebih dari 60 tahun ini bahkan rela menjual semua harta bendanya untuk mendirikan PKBM Rumah Agape, di Khembili, Sentani, Jayapura.

Rosa mengisahkan, awalnya, ia datang ke Bumi Cenderawasih sebagai aktivis pendidikan yang diutus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1963. Sejak saat itu, meski sempat mengunjungi negara-negara lain di berbagai belahan dunia, ia tetap tidak bisa menyembunyikan ketertarikan dan perasaan cintanya kepada tanah dan masyarakat Papua.

Alasan itulah yang melatarbelakanginya meminta untuk ditempatkan di Papua, bahkan ketika ia sudah tak lagi aktif sebagai aktivis PBB. Tahun 1975, bersama teman-temannya dari beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM), Rosa mulai melakukan berbagai kegiatan untuk membantu membangun pendidikan di Papua. Pada saat itulah, ia bertemu dengan seorang pria yang kemudian menikahinya.

“Waktu itu, saya bersama beberapa teman datang ke pedalamanan. Tetapi, setelah suami saya meninggal, saya tidak diizinkan oleh imigrasi dan harus mempunyai pekerjaan tetap di sini,” kata Rosa, akhir pekan lalu, di Jayapura.

Rosa mengungkapkan, setelah melewati berbagai proses, akhirnya pada 2002 ia secara resmi menjadi warga negara Indonesia. Setelah itu, ia berinisiatif kembali ke kampung halamannya di Meksiko untuk menjual seluruh harta bendanya, termasuk menjual satu-satunya tempat tinggal yang ia miliki. Hasil penjualan harta bendanya di Meksiko dijadikannya modal kembali ke Papua dan mendirikan PKBM Rumah Agape.

“Motivasinya karena saya cinta Papua. Alasan lainnya adalah kehidupan dan keluarga. Saya sudah ke berbagai negara, tapi hanya mau di Papua,” kisah Rosa.

Kini, Rumah Agape menjadi bagian dari upaya menekan dan memberantas buta aksara di Papua. Di rumah ini, para peserta didik diajarkan membaca dan menulis.

Sumber: kompas.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ARSIP BERITA

Selamat Bekunjung, Semoga Bermanfaat

Blog ini adalah blog non profit dan dipersembahkan untuk para peminat dan praktisi dunia pendidikan untuk mengurai benang kusut pendidikan di daerah-daerah terpencil. Ini hanya sekelumit informasi mengenai pendidikan di daerah-daerah terpencil di Indonesia baik Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan pulau-pulau kecil di wilayah Indonesia. Untuk memperdalam dan menambah informasi mengenai dunia pendidikan, kami mengambil berbagai informasi baik opini, berita, maupun artikel yang berhubungan dengan dunia pendidikan di daerah terpencil.

Terimakasih telah berkunjung ke SwaraPendidikan